Saturday, September 5, 2009

Darimu Untukku Kawanku

by rufadi islah

adi.islah@gmail.com

Sedih memang aku pernah kehilangan dua teman sekaligus yang membuat hari-hariku hilang tanpa makna, bukan di tinggal pergi ke tanah seberang, namun diriku di tinggal pergi dari dunia ini, dengannya aku merasakan kawan sekaligus saudara bagi jiwaku, sedih memang setiap hari bersama, setiap saat selalu tertawa, menangis bersama, dan tiba-tiba mereka pergi meninggalkan diriku yang merasa selalu sendirian di dunia ini, sampai-sampai diriku takut untuk bersahabat erat dengan yang lain, karena aku merupakan satu-satunya anak yang lahir dari kandungan ibuku, sehingga membuatku untuk berpola pikir bahwa aku sendirian dalam dunia ini akibat dari ketidak-punyaan saudara kandung yang bisa berbagi apapun.

Dan bagi temanku yang lain; yang masih menemaniku di dunia ini, ingin ku ungkap dan kupinta sesuatu, dan juga ingin kuutarakan kata hati ini.

Dengarlah kawanku, aku merupakan seorang yang telah berusaha sekuat tenagaku untuk menjadikan diriku ini seorang yang engkau percayai dari pada kawanmu yang lain, walaupun seringnya diriku ini selalu merepotkan dan mengganggu ketenangan hati dan jiwamu, itulah aku yang selalu memberikan banyak kesusahan dan penderitaan dalam hidupmu.

Wahai kawan, aku adalah bukan sempurna, namun juga aku bukan seorang yang sudah banyak merugikanmu.

Cerita kita mungkin cerita yang bukan senang dan bahagia saja tentu banyak sedih dan susahnya, namun itu akan membuat jalinan pertemanan kita akan menjadi semakin erat.

Setiap waktu kita bertengkar, setiap waktu itupula kita saling memaafkan satu sama lain.

Kawan adakah tempat bagimu untuk menerimaku apa adanya yang membuat diriku selalu nyaman dari lingkungan luar yang sudah buruk ini. Lingkungan yang kurang baik akan membuat diri kita semakin jauh dari kenyataan bahwa hidup di dunia bukan untuk bersenang-senang melainkan untuk mencari bekal kita untuk sampai ke surga yang kekal kelak.

Kawan adakah sesuatu yang menganjal dalam pikiranmu tentang kekurangan dari diriku ini, karena dalamnya hatimu, akupun tidak tahu.

Janganlah kamu memendam tanya bahwa aku terlalu buruk untuk bertingkah laku, aku harap katakanalah sejujurnya bahwa diriku memang kurang baik, kurang pintar dan kurang sopan terhadapmu.

Katakanalah bahwa diriku ini terlalu manja, terlalu sombong, terlalu yakin dalam melangkah yang menjadikan diriku bersifat loba.

Janganlah takut wahai kawanku untuk berucap jujur kepada kawanmu ini, karena mungkin aku bisa menerima satu nasehatmu yang mungkin akan membuat hati ini tenang dan mungkin nasehat yang menyiksa batinku karena ucap nasehatmu yang cukup pedas dan benar itu.

Tenang wahai kawanku kupingku tidak cuma satu masih ada dua yang akan membuat diriku selalu mendengarkanmu dari arah manapun engkau berada.

Jangan takut terhadapku, karena tanganku ini lemah terhadapmu, serta mulutku tidak akan menyemburkan bisa untukmu.

Ingin sekali kuutarakan sepangal kata untukmu wahai kawanku yang baik dan sederhana, dan yang mengisi segala indah duniaku ini, sebelumnya ada pertanyaan yang menganjal dari dalamnya pikiran dan hati yang mungkin ragu untuk mengakui bahwa kamu adalah sahabat terbaikku; "kawan apakah kamu yakin atas segala sesuatu yang ada di diriku untuk kamu percaya", "adakah hal-hal yang meragukan dihatimu untuk berkawan denganku, sampai kapan engkau", "wahai kawanku untuk percaya pada sahabatmu yang tidaklah sempurna ini,…".

dan pintaku padamu; "kawanku ingin sekali ku ungkapkan segala rahasia yang ada di hati ini yang selama ini kupendam dalam dadaku ini, akankah kau menjaga rahasia itu, dan dapatkah kamu menjaga harga diriku dari omongan orang lain yang ingin menjatuhkan martabatku,..kawan engkaulah seoarang yang kupercaya, baik dalam keadaan yang sedih maupun dalam keadaan yang bahagia".

Sepenggal kata dariku ini akan membuat kamu yakin bahwa aku adalah seseorang yang patut engkau percayai, memang aku bukanlah orang yang tahu aturan, namun aku selalu berusaha untuk mengerti akan segala aturan-aturan yang ada agar aku tidak menyimpang dari arah yang salah dan aniaya diri.

Sepenggal kata itu adalah harapanku untuk selalu dekat dan juga agar selalu engkau rindukan dari sedih, senang, duka, lara, dan bahagiamu;

“Hadirlah Dirimu Wahai Kawanku Ketika Semua Teman-Temanku Yang Lain Mulai Meninggalkan dan Melupakanku”