Wednesday, January 6, 2010

"KITA" di Mata Orang di Sekitar Kita



Seberapa pentingkah kita dimata teman-teman, sahabat karib, orang lain serta musuh-musuh kita sendiri?

Apakah penting untuk kita kaji lebih lanjut tentang hal ihwal semua yang menyangkut di diri kita di mata semua orang di sekeliling kita.

Sebenarnya diri kita membutuhkan orang lain untuk meningkatkan daya sosial, kecakapan di mata umum, serta kemungkinan meningkatkan cipta, rasa, karya, serta peran kita terhadap kepentingan umum.

Sangat penting sekali mereka di dalam kehidupan di diri ini, tak menutup bagi seorang musuh (tak menutup kemungkinan kita di dunia ini mempunyai musuh baik itu yang telah kita sadari bahwa dia musuh maupun tidak kita sadarikalau sebenarnya mereka ”musuh dalam selimut”) yang patut untuk diperhitungkan karena sebenarnya mempunyai dampak bagi kita berupa tetap adanya sistem penjagaan di diri kita agar tak mudah di serang oleh musuh dan melatih kita untuk selalu memperbaiki kelemahan yang ada di diri kita, tentu dalam hal ini tidak dalam kondisi peperangan yang sebenarnya.

Berbeda dengan seorang sahabat karib akan selalu menjaga diri kita untuk selalu memberi yang terbaik di kala kita sedih, kekurangan, dan muram dan juga akan selalu tersenyum di kala kita berbahagia menyambut kegembiraan di hati ini.

Bagi kita seorang teman tak ubahnya seperti batang Padi yang hidup tak sendirian di padang pasir (akan lebih mudah hilang tersapu angin), namun menjaga pertemanan kepada setiap orang seperti batang Padi di tengah-tengah Sawah Padi yang menghampar luas, tidak sendiri dan lebih bermakna.

Apakah diri kita sudah layak bagi mereka? Hal itulah yang seharusnya kita pertanyakan dalam-dalam sebelumnya.

Kelayakan kita tak terbatas dari pemberian kita yang telah kita berikan, namun sifat dan tingkah laku di mata mereka yang sebenarnya harus kita kaji lebih teliti sebelumnya, perilaku yang baik, sopan dan selalu menjadi diri kita yang lebih baik tanpa menyembunyikan rasa kekesalan kita, kemarahan, bahkan rasa tidak senang kita di belakang mereka, akan lebih menyakitkan bagi mereka ketika tahu bahwa kita mempunyai topeng terhadapnya.

Selalu senang terhadapnya, akan memudahkan kita di dalam diterimanya diri kita di mata mereka, dengan mendengarkan baik-baik kisah, cerita, maupun keluh kesah mereka serta kalau dirasa kita harus memberikan solusi, berikanlah jalan keluar yang layak dan lebih bijak, katakan kenyataan yang sebenarnya itu lebih mengena di hati dari pada menutupi mereka dari kesalahan.

Katakanlah perilaku yang baik dan juga yang salah kepada kawan kita agar lebih terang dan baik untuk membina pertemanan kita di mata mereka, karena kita akan dianggap mereka sebagai orang  yang jujur dan terbuka.




Kesimpulan: Merasa hidup tidak sendiri itu lebih penting untuk kita agar kita senantiasa mau berbagi dengan sesama, dengan sesuai kemampuan kita tentunya dalam keikhlasan pemberian tersebut walau sedikit akan lebih di hormati (orang lain) dari pada harus memberi tanpa keikhlasan yang luas (oleh kesombongan kita).


Comments :

1

Artikel dan Blog yang bagus Mas Rufadi..
Salam kenal dan mampir ya..

Boku no Blog said...
on 

Post a Comment

Thanks for Your Comment!