Thursday, October 28, 2010

Garis Merah Antara: Mentawai, Jakarta, Magelang


Apa yang membuat kita menjadi ketakutan yang selama ini kita rasakan bersama-sama yang tak lain adalah sebuah bencana alam, tidak hanya seorang yang mengalami tetapi semua masyarakat yang menderita karenanya.

Pada hari ini kita telah menyaksikan, mengalmi, dan merasakan saudara kita di daerah sana tengah mengalami bencana alam, Tsunami di Mentawai, banjir di Jakarta, serta meletusnya gunung merapi di Magelang.

Jangan ada yang saling menyalahkan yang terpenting bagaimana kita telah membantu, karena bantuan kita mungkin menyejukkan hati mereka yang tengah tertimpa musibah, dengan materi, tenaga kita atau mungkin do'a yang ikhlas bisa membantu mereka, karena kesalahan itu dari ketamakan manusia sendiri tanpa mengindahkan keseimbangan alam, kita hanya mempu mengeksploitasi alam tanpa ada batas.

Berikut adalah rangkuman berita tentang bencana alam di Mentawai, Jakarta, serta di Magelang:


Gempa 7,2 skala richter Mengguncang Mentawai Sumatra Barat

(Vivanews).


Indonesia kembali berduka, lagi-lagi negeri kita ini diberi musibah yaitu Gempa dan Tsunami di Mentawai Padang Sumatera Barat.

Penyebab tsunami mentawai diperkirakan akibat gempa 7,2 skala richter yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Padang Sumatera Barat pada pukul 21.42 WIB, Senin (25/10/2010) yang berujung menyebabkan tsunami (inilah.com).

Berdasarkan info yang Dikit In peroleh di Kompas.com, pusat gempa terjadi di dekat kawasan berselancar kepulauan Mentawai.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan, gempa berkekuatan 7,2 skala Richter (SR) kemudian disusul gempa dengan kekuatan 6,1 SR dan 6,2 SR pada lima dan delapan jam dari gempa pertama di wilayah yang sama.

Pusat kedalaman gempa sekitar 20,6 kilometer di bawah laut. Gempa ini membuat Pusat Pengawasan Tsunami Pasifik yang berbasis di Amerika Serikat mengeluarkan peringatan tsunami dan memberikan tata cara penyelamatan meski beberapa saat kemudian dibatalkan.

Sampai saat ini Selasa 26 Oktober 2o1o pukul 18 : 12 korban tewas akibat musibah tsunami di Mentawai mencapai 31 orang, serta 240 korban hilang.




Gempa dan Tsunami Mentawai Rusak Fasilitas Umum

(Liputan6.com).


Padang: Gempa dan tsunami yang melanda Kabupaten Mentawai, Sumatra Barat merusak sejumlah fasilitas umum di antaranya 10 buah jembatan, jalan sepanjang delapan kilometer, empat rumah ibadah, tiga bangunan sekolah, tiga rumah dinas dokter, dan 174 rumah warga mengalami rusak ringan.

Dua resort yang berada di Kabupaten Mentawai juga tidak luput dari hantaman gempa dan tsunami pada Senin malam. "Dua resort yang rusak akibat gempa dan tsunami adalah Resort Macaroni dan Resort Katiet," kata Kepala Staf Kodim 0319 Mentawai Mayor Inf Heriadi saat dihubungi melalui telepon dari Padang, Rabu (27/10).

Menurut dia, Resort Maraconi di daerah Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan mengalami rusak ringan akibat dihantam ombak besar ketika terjadi gempa dan tsunami. "Resort Katiet yang letaknya berdekatan rusak berat," kata Heriadi. Dua resort tersebut sering dikunjungi para wisatawan baik lokal maupun domestik yang mau berselancar di Kepulauan Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai. (Ant/ARI).




Ratusan Korban dari Gempa Mentawai

(tvOne)


Padang: Data sementara Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalop) Penanggulangan Bencana Sumbar, sudah sebanyak 154 mayat korban gempa dan tsunami Mentawai, Sumatera Barat, ditemukan hingga Rabu siang sekitar pukul 14.00 WIB.

Data korban meninggal yang masuk ke Pusdalop PB Sumbar merupakan laporan dari Pos Komando (Posko) Penanggulangan Bencana di Sikakap, Kepulauan Mentawai.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Harmensyah menyebutkan, sementara yang masih diduga hilang 400 orang, luka berat 15 orang, luka ringan 25 orang. Rumah ibadah yang rusak lima unit, SD sebanyak tiga unit, SMA satu unit dan jembatan lima unit.




Genangan & Macet Jakarta Semalam Terparah dalam 3 Tahun Terakhir

detik.com


Jakarta: Sebagian warga Jakarta hari ini masih mempergunjingkan nasib mereka didera banjir dan macet sepulang kantor semalam. Wajar, sebab genangan dan macet parah 25 Oktober adalah yang terparah dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

"Semalam itu jalanan di Jakarta rata-rata ada genangan sekitar 50 cm. Apa yang terjadi pada 25 Oktober itu, setelah tahun 2007, adalah kemacetan dan genangan yang terparah," kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta Ubaidillah dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (26/10/2010).

Menurut dia, sistem penanganan macet dan genangan di Jakarta sudah sangat amburadul. Ubai melihat tidak ada keinginan kuat dari Gubernur dan jajaran di bawahnya.

"Kalau terus begitu, itu (macet dan genangan) akan selau terjadi dan terjadi. Baik itu skala kecil, sedang, maupun besar, tergantung curah hujan dan kiriman dari selatan. Ancaman itu akan datang," tutur Ubai.

Menurut Ubai, Jakarta tidak mampu lagi menahan beban daya tampung yang demikian besar. Namun dia pribadi tidak sepakat dengan wacana pemindahan Ibukota. Karena masalahnya bukanlah ibukotanya, namun penanganan ibukotanya.

"Industrialisasi ini yang harus ditata barat dan timur sehingga tidak menumpuk di satu titik. Juga soal urbanisasinya," lanjut dia.

Semalam, Ubai dan sejumlah aktivis lingkungan dari Walhi Jakarta juga menjadi korban kemacetan dan genangan air. Di hari biasa, Ubai hanya butuh waktu satu jam dari kantornya di daerah Kalibata, Jakarta Selatan, menuju rumahnya di Kota. Tapi semalam, dia harus menghabiskan waktu sekitar 2 jam.

"Itu saya pakai sepeda motor. Meski jadi korban, kami juga sambil sengaja melihat-lihat, memantau. Rata-rata memang parah, Sudirman juga parah. Akhirnya kita sampai pada kesimpulan kalau semalam itu yang terparah dalam 3 tahun terakhir," sambungnya.

Penyempitan kali yang disebabkan bangunan di bantaran kali juga memberi kontribusi penyebab banjir di Jakarta. Karena seharusnya daerah sekitar kali sekitar 20-50 meter harus bebas dari bangunan.

"Sekarang ini di dekat kali bukan hanya pemukiman, tapi juga ruko dan bangunan permanen seperti di Glodok itu. Kalau untuk mengakomodir kepentingan pemodal selalu kalah. Tapi kalau dalam menindak rakyat kecil cepat menggusurnya," kritik Ubai.



Debu Gempa Vulkanik Rambah Hutan dan Rumah Warga di Lereng Merapi

(detik.com)


Magelang: Debu akibat gempa vulkanik Gunung Merapi telah merambah hutan dan desa di sekitar lereng gunung tersebut. Akibatnya, kawasan hutan yang semula hijau kini tampak memutih.

Demikian pula dengan atap rumah warga di Desa Ngargomulyo, Desa Babadan, Desa Krinjing Desa Kemiran, Desa Kaliurang. Desa-desa tersebut merupakan desa terdekat dengan puncak merapi.

"Pohon-pohon di hutan dan rumah saya gentengnya sudah terlihat keputih-putihan," kata Giono (45), warga Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Magelang, Selasa (26/10/2010).

Hal yang sama juga disampaikan Sarjono (34), warga Desa Kemiren, Kecamatan Srumbung, Magelang. Menurutnya debu sudah turun siang tadi. Saat itu dirinya sendirian menjaga rumahnya yang kosong karena istrinya mengungsi ke Tempat Pengungsian Akhir (TPA) Tanjung.

Sejumlah petugas di pos penjagaan, seperti Pos Babadan, Kecamatan Dukun, Magelang dan Pos Ngepos, Kecamatan Srumbung, Magelang, mengatakan fenomena hujan abu belum terjadi. Menurut mereka, debu yang bertebangan itu disebabkan guguran lava.

"Itu bukan hujan abu, tetapi akibat guguran lava yang meluncur ke bawah. Kemudian material yang dibawa oleh luncuran lava menimbulkan asap dan debu serta terbawa angin,"tegas Yulianto, petugas Pos Babadan.

Hal yang sama disampaikan, Safari (52), petugas Pos Ngepos, Kecamatan Srumbung, Magelang. Dia menegaskan hujan abu belum terjadi.

"Bukan, belum terjadi hujan abu. Hanya ekses material yang dibawa oleh luncuran lava yang menjadi debu," tegas Safari.

Menurut Safari, sesuai dengan buku pedoman yang berjudul "Pengantar vulkanisme Dasar Gunungapi" karangan Kepala BPPTK Jogjakarta Subandrio, hujan abu akan menyebabkan kerusakan lahan pertanian, rumah-rumah, transportasi darat, polusi udara dan terganggunya jalur penerbangan.

"Tapi sampai sekarang belum ada keluhan warga sekitar lereng Merapi terkait banyaknya debu yang merambah di hutan dan rumah penduduk yang dekat dengan puncak Merapi," ungkap Safari.

Comments :

0 comments to “ Garis Merah Antara: Mentawai, Jakarta, Magelang ”


Post a Comment

Thanks for Your Comment!