Wednesday, June 30, 2010

Biarkanku Berkembang




Jangan memaksa aku untuk selalu berbuat sesukamu, biarlah hati ini, jiwa ini berjalan sesuai dengan kehendakku.

Kuharapkan hanya bimbingan atas semua yang kulakukan namun jangan sekali-kali Engkau memerintahkan aku untuk berbuat begini dan begitu, karena percuma saja kamu lakukan hal demikian terhadapku.

Berilah contoh dahulu terhadapku, jangan sekali-kali membentuk jiwaku sekehendak hatimu.



Biarkanlah aku tumbuh dan berkembang dengan lingkungan yang Engkau pilihkan terhadapku.

Tunjukan saja jalan yang baik terhadapku, namun jangan sekali-kali memilihkan jalan terhadap kehidupanku kelak.

Akankah Engkau akan rela hati membiarkanku sesuai dengan kehidupan yang ingin kujalani kelak.

Bentuklah aku menjadi jiwa mandiri yang kuat dan tahan terhadap goncangan duniawi, karena akan memperkokoh kaki ini melangkah jika Engkau memberiku suapan dan mengetahui sejauhmana rasa mencari itu sulit.

Biarkanlah aku terjatuh sebagaimana ketika aku kecil belajar berdiri dengan kasih sayang yang Engkau berikan kepadaku, Engkau membiarkanku merasakan nikmatnya terjatuh dan tetap selalu menemaniku kapanpun entah aku mengetahui ataupun tidak namun kuyakin bahwa engkau selalu mengawasiku dari kejauhan.

Latihlah jiwaku untuk selalu kuat menerima semua aral rintangan, dan solusi untuk mengatasinya.

Berikanlah semangat di saat aku membutuhkan dan memintanya, biarlah keyakinanku menolong jiwaku sendiri.


Terimakasihku kepada "KEDUA ORANG TUAKU" yang selalu percaya dan yakin atas lingkah lakuku, membiarkanku dalam kemandirian dan selalu memberiku semangat di saat aku membutuhkan.


Jawab atas Tanya jiwaku



Awan terang siang ini membawa keinginanku untuk selalu bermimpi indah, bukan melamun namun merenung, hanya saja sampai kapan kehidupan semu yang kujalani ini akan habis dan berakhir untuk selamanya.

Sebuah tujuan kucari dan makna kehidupan kupelajari, namun belum ada secercah mentari siang ini yang memberiku warna kehidupan yang terang.

Salahkah aku bergaul dengan teman sejauh ini, kurang memberikan Jawab atas Tanya jiwaku selama ini, bukankah aku selalu memilih dan memiliki teman bukan karena apa/siapa namun karena memang patut untuk dijadikan seorang teman.
Selama ini ku berpikiran teman hanya seseorang yang hadir di kala kita butuh, dan mengapa aku membutuhkan seorang teman jika hanya sebagai simbol saja.

Hadirnyapun tidak terduga ada tidaknyapun aku kurang memperhatikan sejauh ini, begitukah aku menjalani kehidupanku selama ini ada rasa kehampaan yang dalam, hanya bias tabir yang kuperlihatkan selama ini dengan topeng keramahan, kejujuran, selalu tersenyum, dan juga kerendahan hati.

Aku ingin menampilkan sosok yang berbeda, yang jahat dan juga bengis biar semua orang ketakukan dan tidak berani dengan bermain-main kepadaku.

Bermuka seram itu sudah layak dan juga bertampang bengis itu sudah konsekuensinya dilakukan.

Namun semua itu hanya bayanganku saja dalam impian dalam keinginan diri saja, yang kubisa hanya beramah-tamah dengan sesama, berlaku jujur pada setiap orang, sopan santun, dan suka memberi walaupun hanya terbatas.

Sudah tidakkah aku bertampang jahat dan menyakiti orang lain, sekiranya itu yang ada dalam benakku sekarang lain dari cerahnya siang hari ini.

Apakah ini suatu tanda bahwa aku harus berlaku benar dalam hidup ini, sudah takdirkah perbuatan baik itu untuk kujalani.

Sebagai seorang kesatria sudah layak menjadi seseorang yang tampil dengan lakon yang sesuai dengan peran yang dilakoninya, ada sesuatu kebaikan didiri manusia sekalipun jahatnya minta ampun seperti Rahwana yang dengan kebengisannya tidak sampai hati menyentuh Dewi Sinta.

Akankah seorang Arjuna itu selalu benar dan tak akan pernah salah.

Tak Akan Selalu Terjawab




Apakah mungkin air bisa bercampur dengan minyak?

Apakah mungkin ikan tawar bisa hidup di laut lepas?

Apakah mungkin jka takdir bisa berubah tanpa usaha dan do’a?

Apakah mungkin jika merah itu berani, putih itu suci, dan kuning itu kemakmuran?

Apakah semua mimpi hanya merupakan mimpi?

Apakah diri ini sudah tak berharga tanpa usaha keras?

Apakah jika kita bersalah pasti dihukum?

Apakah jika aku datang akan kamu sambut dengan tangan terbuka?

Apakah sudah tak termaafkan jika diri ini pernah melakukan kesalahan terhadapmu?

Apakah kamu tahu di balik hatiku yang paling dalam?

Apakah kita tidak mungkin bersama lagi?

Apakah nilaiku di matamu sudah tidak ada lagi?

Apakah aku sungguh tidak dapat bertemu denganmu?

Apakah aku tak pantas memilih, mendekati, memiliki, dan bersamamu?

Apakah rugi berjumpa dan mengenaliku lebih dalam?

Apakah sakit perasaan terbuang dan terlupakan?

Apakah bahagia itu indah dan duka itu sakit?

Apakah jiwa ini terasa selalu hampa, merana, dan mencari sesuatu yang tertinggal dalam tubuhmu [tulang rusukku]?

Apakah kamu rela memberikan tulang rusuk yang telah kutitipkan padamu?

Apakah memberiku senyuman itu mahal harganya?

Apakah sampai hati engkau selalu menghindar dari ku?

Apakah sesuatu yang sulit di dapatkan selalu menarik?

Apakah dengan hati terluka/gembira kamu akan datang padaku?

Apakah yang lemah akan selalu tertindas, mati, dan terlupakan?

Apakah yang kuat akan selalu menang, bertahan hidup, dan teringat di hati?




Monday, June 28, 2010

Keramah-tamahan Semu Wajah Kota








Sebagai orang yang tahu diri akan sangat memperhatikan lingkungan di sekitarnya, dari hal yang mudah di lihat sampai kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam kehidupan bermasyarakat tentunya.

Akan sangat munafik sekali orang yang tidak mau tahu akan kondisi lingkungan sekitarnya, seperti orang yang mampu namun mengacuhkan lingkungan sekitar tidak mau tahu akan segala kebutuhan lingkungan sekitar untuk kita beri masukan sesuai kadar kemampuan kita memberi kontribusi yang baik.

Lantas mengapa kita harus berkontribusi terhadap lingkungan masyarakat sekitar, mungkin tidak di sadari bahwa seseorang yang lebih akrab terhadap tetangga sekitarnya akan merasa aman, berguna, dan juga merasa di perhatikan oleh orang lain, tentunya dengan keramahan serta tutur kata yang kita berikan kepada orang sekitar.

Misalkan saja kita memberikan tenaga kita untuk membantu dalam hal keamanan entah itu mengikuti ronda bersama, kalau yang sibuk di pagi harinya boleh kalau kita minta ijin hanya ronda sampai tengah malam dan jangan lupa membawa gorengan ketela atau tahu tempe akan membuat orang lebih menghargai kita sebagai orang yang dermawan, sangat sepele tentunya hanya bermodalkan kopi kita dapat keramahan yang nyaman, dan tentram dari masyarakat sekitar kita.

Inilah indonesia dengan kadar keramahan yang melambung tinggi, namun kita tidak lantas pandang sebelah mata, di perumahan mewah misalkan masih adanya sistem individualistis, tidak mengenal tetangganya, namanya saja tidak tahu apa lagi tentang semuanya, memang sudah ada satpam yang menjaga, apakah karena itu kita menjadi cuek terhadap lingkungan sekitar, harta boleh kita pegang namun apabila terjadi bencana kebanjiran atau kebakaran toh yang membantu duluan kan tetangga sekitar kita.

Sekarang banyak orang yang memiliki rumah dengan pagar tempok yang super tebal dan super tinggi, seperti sebuah kastil dengan benteng yang kuat tidak mudah di tembus oleh pandangan mata kita, seperti itulah sekarang kita mendirikan bangunan seperti sebuah kastil yang di dalamnya terdapat harta yang melimpah sehingga tetangga sebelah menjadi takut dan enggan bertamu, belum lagi yang mempunyai hewan piaraan untuk menjaga rumah kastil tersebut, yang menjadi pertanyaan apakah mungkin nyaman hidup seperti itu menyendiri dan terasing dimana karakteristik manusi sebagai makhluk sosial, dengan hartakah kita beramal, apakah sudah tidak ada amalan yang ramah dan santun terhadap tetangga, senyum, sapa, dan keramahan.

[Aku Pernah Hidup Di Desa, Ramah Lingkunagn Ramah Pula Orang-Orangnya, Aku Sekarang Hidup Di Kota, Uang Adalah Segalanya Tiada Uang Tiada Makan, Dihargaipun Tidak]


Sunday, June 27, 2010

Di Sini Bukan Untukmu

-->

Ada sesuatu yang mengajal di hati ini, sesuatu yang tak terkirakan oleh perasaan yang timbul oleh sebuah keinginan cita-cita.

Aku di sini bukan untukmu namun aku disini hanya untuk diriku sendiri, berkembang layaknya sebuah daun yang bermekaran sehabis musim semi yang gugur oleh tiupan angin serta panasnya terik mentari.

Aku seperti baru lahir akibat deraan musim kemarau yang berkepanjangan yang entah kuat tidaknya sebuah pohon tua ini bisa bertahan hidup ditempa sebuah musim yang tak tentu seperti sekarang ini.



Sepanjang masih berdiri, sepanjang itu pula aku akan memberi kesegaran selama akar yang menembus permukaan bumi ini ada dan masih adanya sumber kehidupan (air) mengalir memberikan ku kehidupan agar lebih menyerapnya intisari kehidupan sehingga tubuh batang ini mampu menyalurkan energi kehidupan ke daun yang akan segera bersemi dan memancarkan kesegaran udara akibat dari kadar karbon yang memenuhi kehidupan di bumi ini.

Wednesday, June 23, 2010

LKPTS (Latihan Kepemimpinan Tapak Suci) 2010

LKPTS
(Latihan Kepemimpinan Tapak Suci)
TAPAK SUCI PUTERA MUHAAMADIYAH UNIT 003
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010


 "Dengan Iman Dan Akhlak Saya Kuat, Tanpa Iman Dan Akhlak Saya Lemah"


A. Uji Gerak Ragawi Bersama Pendekar Bp. Budi S.



B. Perjalanan Ke Lokasi Ujian Kenaikan Tingkat Di Tawang Mangu "Setiawan Djodi" Karanganyar.


 C. Api Unggun



D. Persiapan Ujian Kenaikan Tingkat Dari Dewan Kader


E. Pemanasan Peserta Di Pimpin Oleh Dewan Kader


F. Bersih-bersih Sebelum Acara Sarasehan Bareng Kader-Peserta


G. Acara Sarasehan Bareng dewan kader UMS dan Alumni TS UMS




H. Acara "Sarasehan" Santai Bareng Kader "Makan Pagi"



I. Makan Siang



J.  SABUNG


K. Pelantikan Ujian LKPTS di Tawang Mangu Karangannyar Jawa Tengah

Translate

Thanks for your donate

MY POPULAR POSTS

 

THE BEST BLOGGER

Mari Berbagi Kata dan Laporkan jika ada Error link