Dewasa
ini banyak sekali pola pendidikan yang menitik-beratkan kepada pendidikan
bahasa sebagai pendidikan awal dan sebagai pengantar menuju ke semua bidang ilmu
baik itu ilmu alam, social, maupun ilmu hitung.
Perkembangan
saat ini sudah menuju kearah globalisasi secara luar biasa cepatnya bukan hanya
bersifat kebangsaan namun sudah mencapai dunia internasional.
Bahasa
merupakan aspek penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia karena sebagai
awal dari komunikasi, kepahaman, saling pengertian satu sama lain, sehingga
menjadikan bahasa sebagai langkah menuju kepada ilmu yang lain.
Walaupun
bahasa sangat banyak yang ada di dunia ini namun yang perlu kita perhatikan
adalah bahasa ibu sebagai bahasa awal dari perkembangan bahasa seorang anak.
Atas
anggapan perkembangan globalilasi yang sangat besar terkait bahasa maka
layakkah kita dikatakan sebagai manusia primitive/tradisional atas masih
memegang teguh bahasa daerah/ibu padahal kita mampu membangun suatu komunikasi
jarak jauh walaupun belum tentu kita mengetahui siapa yang ada di sana sedang
berbincang bersama kita “media social” dengan bahasa kedua.
Atas
dasar itu maka sekarang ini banyak sekolah-sekolah yang menerapkan bukan saja
dwi bahasa seperti tempo dulu bahkan sekarang sudah ada banyak sekolahan
berstandar internasional yang menitik beratkan kepada bahasa asing sebagai
bahasa pengantar.
Sebenarnya
peran penting yang ada dalam pokok bahasan ini yaitu pemerintah sebagai tim
peramu yang memberikan acuan khusus kepada guru sebagai tim pelaksana di
lapangan yaitu sekolah melalui kurikulum yang telah ditetapkan sesuai dengan kapasitas
yang dipunyai sekolah.
Yang
menjadi pertanyaan adalah apakah anak sudah siap dengan keadaan seperti ini
belajar 4 bahasa atau lebih? Dan mampukah siswa memetakan bahasa dengan baik,
tanpa mencampur adukkan satu bahasa dengan bahasa yang lainnya, serta banyak
sekolahan yang memberikan fasilitas istimewa dengan memberikan jam belajar yang
banyak kepada siswanya tanpa mengetahui kadar kemampuan siswa itu sendiri dalam
hal ini terkait dengan masalah fisiknya. Hal ini karena sesuai dengan asumsi
bahwa memiliki jam belajar yang padat menjadikan kelelahan secara fisik, atau pun
kemungkinan yang lain adalah anak sudah tidak paham dengan bahasa Ibu sebagai
bahasa utama yang ada dilingkungan keluarga maupun lingkungan tempat
tinggalnya.
Seperti
di dalam kenyataannya anak masih banyak merasa kesulitan dengan bahasa daerah
yang dimilikinya dengan mendapatkan nilai paling jelek (mis. Bahasa Jawa) di
dalam kelasnya, dan jangan sampai anak merasa asing dengan bahasa ibu akibat
dari seringnya menggunakan bahasa asing sebagai bahasa yang diunggulkan.
Comments :
0 comments to “ Bahasa Ibu ”
Post a Comment
Thanks for Your Comment!