LUPA
Dalam
buku, The seven sins of memory, Dan
Schacter, membagi daftar Lupa menjadi 7 aspek, yaitu keseleo lidah, pikun,
kebiasaan penghalang, menunda, misatribusi, bias, sugestibilitas. Namun dibalik
semua itu lupa itu mencampakkan kepingan-kepingan informasi demi menyimpan
kepingan-kepingan lain yang tentunya lebih membekas di otak.
Lupa
tak selamanya menjadi sebuah fakta negative, karena lupa sebenarnya membantu
kerja otak untuk membagi kepingan-kepingan memori dalam memori ingatan sehingga
otak membuat prioritas terpenting dalam penyimpanan yang ada di dalam otak,
untuk selalu diingat.
Ada seorang
jurnalis “Solomon Shereshevski, 1886” dia adalah seseorang yang mempunyai daya
ingatan paling baik di dunia ini, karena dia memiliki banyak kapasitas memori
yang nyaris tak terbatas, baik untuk menyimpan maupun mengingat kembali. Dia membutuhkan
waktu 3 atau 4 detik untuk “memvisualkan” (kata-katanya) setiap hal, dia dapat
mengulangi isi daftar itu dengan sempurna, bahkan daftar itu telah di hafalnya
15 tahun silam dengan tanpa keraguan, begitu mendetail, jernih dan mampu
bertahan lama. Namun kelemahannya dia tidak dapat melihat “gambaran besar”
kehidupannya karena dia kehilangan kemampuannya untuk menyusun polo-pola yang
bermakna seperti serpihan-serpihan informasi indrawi tak berkaitan yang
memusingkan, dan dia tak mampu memahami sastra yang bermodel metafora dan
simile, karena dia tidak bisa melupakannya dan hal itu mempengaruhi
kehidupannya.
Melupakan
mempunyai peran penting karena peristiwa-peristiwa yang tidak relevan bagi
keberlangsungan kehidupan yang akan menghabiskan ruang kognitif secara percuma
bila di beri prioritas yang sama akan hilang dari ingatan, oleh sebab itu otak
melupakan sesuatu yang dirasa kurang penting, sehingga dengan begitu, melupakan
membantu kita untuk menaklukkan dunia.
Reff: Brain Rules, John Medina, 2011
Comments :
0 comments to “ LUPA ”
Post a Comment
Thanks for Your Comment!