Thursday, September 9, 2021

Terkikis habis.

 


Kembali ke alam, ingin melangkah bebas melepas tergores pada runcingnya bebatuan serta gesekan lumut pepohonan tua, dan terpapar terik sang surya.



Terkikis habis.

 

Kumerindu kala masih beradu

Pandang itu biasa

Walau kami rentan pada gejolak

Serta pencarian diri masih kuat

Mimpi kami aneh tapi sederhana

Lengkap dengan naik turunya emosi.

 

Sangat jelas ketika beradu

argumen kami selalu mengedepankan

ego karena belum tercampurnya

jiwa ini akan penuhi kebutuhan, perut.

 

Tanpa rasa ingin mengalah kadang kami

Luapkan diri dengan menyentuh meja dengan keras

Yang kami rasa lebih lemah di mata kami.

 

Sering kami dikata belum dewasa

Sehingga kami lebih mudah

Mengatakan keadilah adalah idealis

Dari pada tunduknya orang tua kami

Kepada atasan yang memberi makan.

 

Perjalanan kaki kami lebih luas

dari pada perjalanan ke kantor

dari rutinitas keseharian yang monoton

walau mengijak duri ranting tajam

dan runcingnya batu di sepanjang sungai

kadang terpeleset, basah

pulang dengan setangkai rotan sudah menunggu

di tangan orang tua, bermuka masam.

 

Rasa kami pun beda

Melirik paras teman tercantik

Malu ketika beradu pandang

Dan sembunyi ketika mencuri pandang saat dikejauhan

Serasa meledak didada

Entah mengapa rasa itu hadir.

 

Kami bukan pencemburu seenak

tontonan kami di TV

ketika dengan mudahnya melepas ikatan

walau didasari cinta, katanya.

 

Kamipun malu rasa ini

Ketika ada teman yang tahu, merah merona pipi

Tanpa ingin mati bunuh diri.

 

Tangan kami begitu cekatan

Walau kadang kotor dengan lumpur

Tanpa pernah memukul dan menghantam harga diri orang lain.

 

Walau pernah lemparan kecil

batu melayang pada pohon mangga tetangga

dan lari seketika yang punya tahu

Padahal kami tahu pasti

yang punya akan ikhlas memberi

Ketika kami meminta secara baik-baik.

 

Kerinduan ini sering meluap

Tanpa sadar

Umur terkikis habis.


Comments :

0 comments to “ Terkikis habis. ”


Post a Comment

Thanks for Your Comment!