Langkah Kaki Kecil
“Yang baik ya, belajar yang rajin,” Pinta orangtua si anak.
“Iya, ayah” jawab anak kecil tersenyum dengan langkah yang riang.
Tangan ini berhasil meraihnya, serta memberikan jalan masuk kedalam
sebuah tempat yang entah dianggap anak itu surga belajar atau cuma
tempat-tempat seperti tempat fasilitas publik belajar lainnya.
Dengan raihan tangan ini, berharap dia akan merasa nyaman untuk
saling belajar antar sesamanya. Langkah kakinya yang pendek, tersenyum manis,
menyapa dengan salam yang indah membawa kedamaian dihati.
Ditariknya tangan ini, didekatkannya dipipinya, karena mereka sudah
tahu yang dihormati adalah yang lebih tua, terjawab juga balasan salam mereka
dari bibir ini.
“Assalamualaikum
warohmatullohi wabarokatuh,” Salam anak tersebut kepadaku dengan khitmad
membawa tangan ini di ciumnya.
“Wa alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh,” jawabku seraya
tersenyum riang.
Tanpa bantuan dari siapapun, membawa berbagai macam buku di pundak
dalam sebuah tempat yang bernama tas, langkah gontai namun tetap tersenyum
masuk dalam sebuah kelas yang sangat sejuk dimatanya, menyapa teman-teman yang
sudah menunggu dan meletakkan tas tersebut diatas kursi yang telah dipilihkan
untuknya, namun setiap hari bergeser, dan kadang duduk di depan maupun
dibelakang.
Mengambil buku kecil bertuliskan huruf arab, mengantri dalam barisan
tunggu yang sudah ditempati teman-temannya yang telah datang lebih pagi. Dengan
suara lirih membaca huruf demi huruf berharap dapat nilai “L” yang berarti
“Lulus” dan besoknya akan berganti halaman.
“Hari ini aku hafalan surat An naba’,” dalam hatinya sambil memegang
buku hafalan yang setiap pagi menemani.
Botol minum air putih di letakkannya di pojok menghiasi kelas dengan
botol berwarna-warni agar tidak tumpah tersenggol tangan maupun kaki yang tidak
sengaja berlalu-lalang. Dengan berijin terlebih dahulu meminum air putih botol
yang sudah di isi dan di luar kelas pun tersedia tempat isi ulang air minum
(galon air) yang selalu terisi setiap pagi, minum dengan duduk terlebih dahulu
menjadi budaya kami ketika sedang minum air.
“Tadi pagi aku dibuatin Mamaku Jus Orange,” jelas salah satu
temannya.
“Kalau aku susu coklat hangat,” tambah teman satunya.
“Ayo masuk kelas,
sudah di tunggu Ustad.” Pinta ketua kelas.
Sebelum pelajaran di mulai, mereka merasa senang, membagi ilmu,
motivasi, terkadang cerita seru, lucu maupun menegangkan. Dengan kompak
mendengarkan cerita tersebut asalkan meja harus bersih dan rapi dari buku-buku
yang berserakan sebelumnya. Cerita itu, kadang-kadang kusertai dengan melihat
tayangan dalam layar (screen) proyektor. Ternyata kisah yang saat ini kuceritakan
sangat antusias didengarkan oleh mereka, cerita tersebut adalah kisah seorang
yang sangat cerdas dan pandai yang telah diakui oleh semua penduduk bangsa
Indonesia maupun dunia, tak lain tokoh nasional dan pernah menjadi presiden
ke-3 yaitu Prof. B.J. Habibie, beliau pembuat pesawat terbang hebat di negeri
ini.
“Kita dengarkan cerita sebelum pembelajaran ya,” pintaku kepada
siswa.
“Iya ustad,” jawab kompak semua siswa.
Cerita ini sangat menarik, nama lengkapnya adalah Prof. DR (HC).
Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Ia dilahirkan di Pare-Pare,
Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari
delapan bersaudara. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di
Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Habibie punya kegemaran menunggang kuda dan
membaca dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia
harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia karena terkena serangan jantung
saat ia sedang shalat Isya. Betapa terharunya mendengar cerita ini, kemudian
cerita lanjutannya setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan
kendaraannya dan pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya
membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie. Karena
kemauan untuk belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Setelah itu beliau masuk di ITB
(Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau
mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan
kuliahnya di Jerman.
Pada waktu itu pemerintah Indonesia dibawah presiden Soekarno gencar
membiayai ratusan siswa cerdas Indonesia untuk bersekolah di luar negeri
menimba ilmu disana. Habibie adalah rombongan kedua. Dari situlah muncul
perusahaan-perusahaan strategis pembuat pesawat ada PT PAL dan salah satunya
adalah IPTN dan pesawat yang berhasil dibuat oleh beliau yang terkenal yaitu
CN250. Betapa hebatnya beliau, dan menjadi motivasi bagi kalian untuk meraih
mimpi dengan belajar sungguh-sungguh.
Hampir sepuluh menit cerita tersebut mengalir dan siswa pun sangat
antusias untuk mendengarkannya.
Setelah satu jam pembelajaran tema dan latihan soal dikerjakan dan
tentu saja karena fokus memperhatikan, terjawab sudah soal-soal itu dengan
mudah.
Saat yang sudah dinantipun datang yaitu tak lain adalah saat
istirahat karena siswa akan bermain di sekitar kelas, bercanda gurau, berbagi
cerita dengan temannya setelah makan ringan sebelumnya.
Bunyi bell membawa kita ke kelas lagi, berbaris rapi, membaca doa setelah
makan, menyanyikan lagu “Terima Kasih Guruku” yang membuat hatimereka tak lupa
menghormati para Guru (Ustad/ustadzah), kemudian masuk satu-satu bersalaman
dengan pertanyaan perkalian yang harus terjawab benar.
Setelah baris ternyata jadwal giliran kelas ini untuk berkunjung ke
perpustakaan sekolah, senang rasanya mereka bebas memilih buku untuk dibaca,
ada yang buku bacaan tokoh cendekiawan nusantara, tokoh-tokoh terkenal dunia,
ensiklopedia, dunia penerbagan, dunia flora dan fauna.
Cerita komik karya ilmiah menjadi perhatian salah satu siswa
laki-laki yang terkenal sangat menyukai membaca, dalam 15 menit sudah terbaca
semua cerita komik seru ini.
“Kamu membaca apa?” tanyaku.
“Ini ustad, membaca buku Why tentang dunia Flora dan Fauna”, jawab
murid tersebut.
Terik matahari siang tak terasa, karena didalam ruangan ini bersuhu
180C membawa kesejukan 29 teman, 30 lengkap denganku tetap belajar
bersama dengan semangat tanpa ada yang meletakkan kepala di atas meja, karena
mengantuk.
“Mari kembali ke kelas,” pintaku.
Keluar memakai sandal yang tertata rapi menghadap ke luar ruangan
telah menjadi budaya kami agar selalu terlihat rapi dan mudah memakainya dan
tidak berserakan mengganggu jalan orang lain.
Dengan duduk rapi di kelas, agar kali ini diberikannya kesempatan
untuk menjawab soal quiz yang diberikan kepada siswa yang duduk paling rapi,
dan ketika jawaban benar, suka cita hatinya, karena tak sia-sia belajar
sebelumnya.
Pensil teraut rapi, penghapus putih tergletak di atas meja,
dikeluarkan beserta penggaris putih bergambar pahlawan super, membawa harapan
agar membela kebenaran kelak di lain hari. Berkaos kaki hitam berlogo sekolah
agar tidak kedinginan di dalam ruangan ini, terlihat di depan sudah tergores
tulisan indah bertema “Lingkunganku” dengan tegak bersambung sangat rapi
berjajar sambung-menyambung menjadikan mata ini terpana.
“Ambil mukena, kita shalat dhuhur di masjid’” pinta salah satu
ustadah.
Mukena sudah siap ditangan,
menuju masjid sekolah, dengan berbaris rapi, do’a masuk masjid terbaca
merdu keluar dari mulut mereka, berjajar rapi dalam shof membawa kami menjalani
ritual ibadah dengan khidmat, dan diakhiri dengan bacaan do’a serta dzikir
terlantun indah bersama-sama. Setelah selesai, piring ditangan dan semua
perangkat makan dalam antrian rapi, membagi masakan favorit yaitu “nasi goreng”
terhidang sesuai porsi perut mungilnya, dengan lahap, bersama-sama terasa enak,
sesuai dengan kadar gizi yang telah diatur oleh bu dapur sekolah. Tanpa sisa
butir nasi, piring ini kuletakkan dalam watafel cucian, kubersihkan sendiri,
karena kami menanamkan budaya mandiri.
Belajar sampai sore hari membuat siswa kami sadar tentang pentingnya
arti belajar dalam ruang Fullday School,
dari pagi belajar, menulis merangkai cita-cita, bercerita mimpi-mimpi agar terwujud,
dan tentunya dalam bingkai sekolah yang mengkedepankan nilai-nilai materi
ke-Islaman, agar kelak siswa kami sudah mempunyai dasar tentang ke-imanan, dan
dukungan orang tua memberi semangat terus agar kaki langkah kecilnya selama ini
melangkah senang mendapat pahala yang berlimpah.
Saat berpisah pulang kerumah adalah saat bagi mereka untuk membagi
cerita dengan orang tuanya dan sudah dinantikan cerita keberhasilan meraih
prestasi dalam menjawab soal, berani bertanya, mampu menjawab pertanyaan dengan
benar. Cerita ini pasti dinantikan orang tuanya di rumah.
Comments :
0 comments to “ Langkah Kaki Kecil ”
Post a Comment
Thanks for Your Comment!