Monday, January 31, 2011
Mengelus Dada
Apakah "benar" pasti menang, akankah!
Apa layak sebuah tayangan yang kita tonton setiap harinya selalu terulang-ulang kejadian yang semakin memperihatinkan generasi bangsa kedepannya.
Banyak pemberitaan yang selalu menayangkan akan ketidak mampuan dalam pemerintahan sekarang ini, akankah kita tahu apa akibat dari generasi muda kita jika selalu dipertontonkan kelemahan elemen perintahan, akankah mereka akan percaya untuk selalu berkata kebenaran itu akan menang, atau bahkan hanya memendam rasa; orang pemerintahan saja banyak melakukan kebusukan masak aku tidak boleh, atau orang kaya saja curang masak kita tidak boleh curang untuk menjadi kaya.
Bagaimana kita menanamkan kebenaran itu akan selalu menang jika dari pemberitaan tersebut banyak mengandung unsur kekerasan, dulu ada sensor terhadap korban kecelakaan tapi sekarang sudah tidak ada, kita makanpun sudah tidak merasa mual melihatnya, ataukah banyaknya tayangan perkelahian antar pelajar warga sampai perkelahian antar elit politik di negeri tercinta kita ini, maupun tayangan yang hanya bermuatan politik karena mempunyai stasiun televisi yang bisa dibuat skenario seenaknya saja.
Kita sebenarnya sudah bosan akan halnya sebuah tayangan yang tidak mendidik bangsa terutama golongan pelajar, banyaknya film-film indonesia yang hanya sekedar mengejar materi tanpa mengindahkan moral bangsa, dengan alasan kebebasan berekspresi mengedarkan ide-ide pikiran yang kotor atas sebuah reatita yang ada.
Sebagaiman yang kita jalani sekarang ini adalah era reformasi yang seharusnya menjadi lebih baik namun kenyataan yang ada malah membuat kita menjadi miris jika memikirkan akan hal-hal yang terjadi seperti ini, karena kita bukan hidup di sebuah sinetron yang kaya menang lantas yang miskin di injak-injak, yang merasa punya wewenang mampu tertawa, yang lemah ekonominya hanya mampu mengiba serta menangis.
Berapa banyak orang yang tertindas di negeri ini?, berapa banyak nyawa yang hilang karena bencana?, berapa banyak lagi uang negara yang hilang oleh individu yang tidak bertanggung jawab?, berapa banyak orang miskin menahan lapar?, serta berapa banyak orang yang bunuh diri lantaran minim pendapatan? Dan yang mampu menjawab hanya Kepala Negara kita; Republik Indonesia yang berkedaulatan di tangan rakyat.
Wednesday, January 19, 2011
Hitam-Putih
Semangkuk nasi putih yang ada di tanganku sekarang semoga memberikanku kekuatan yang maha dahsyat sehingga dapat menahan barang tengah hari untuk menemani dalam ketidak pastian tentang hidup.
Sekarang merenung itulah istilah yang lebih tepatnya setelah apa yang dilakukan tempo dulu adalah sebuah kesenangan yang perlu dihaturkan banyak terimakasih.
Dengan begitu akan ada rasa syukur yang berlebih yang ada di hati ini, menjalani dengan tanpa beban setiap harinya tentunya dengan helaan nafas yang panjang serta membuang keluhan itu semua.
Semua tahu akan Pengatur segala rezeki yang tidak akan “menutup mata” kepada hambanya yang masih membutuhkan sebuah keilmuan yang membimbing jiwa ini kearah yang lebih baik.
Dan tentunya selalu menyerahkan segalanya tentang takdir ini pada Penguasa alam jagad raya, dengan mengharap sesuatu yang lebih baik untuk diberikan jalan terlurus dalam hidup.
Mungkinkah kita belum mengetahui tentang arti “hitam-putih” kehidupan, karena kita adalah pembelajar yang serampangan, mencampurkan segala ilmu yang kadang-kadang hanya menjerumuskan kedalam lembah hitamnya sebuah ilmu tersebut, namun Allah Maha Pemberi Petunjuk sehingga dapat segera kembali ke-fitrah manusia sesungguhnya.
Semangkuk nasi yang ada ditangan ini lebih enak jika ada sebuah lauk pauk yang bergizi menemaninya, dan tentu saja segelas air akan memberikan kesegaran terhadap dahaga yang di timbulkannya.
Begitulah kehidupan ada bermacam-macam jenis kebutuhan yang dapat kita maksimalkan manfaatnya sebagai penambah rasa, ada yang pedas, karena memang kepedasan adalah sesuatu yang enak di dalam sebuah mangkuk, serta sesuatu yang manis seperti sebuah kecap manis sebagai penyeimbang, dan jangan sampai lupa bahwa tingkat gizi (amal ibadah) adalah sesuatu yang layak kita jaga, bukan hanya hidup mengenyangkan perut saja kita cari, namun harus kita cari sesuatu yang berharga mengapa kita harus hidup ditengah-tengah orang yang sama-sama dengan kita, namun berbeda kebutuhan akan nasi (rejeki) tersebut.
Kita yakin bahwa keadilan Sang Penguasa Alam adalah mutlak tidak bisa disanggah barang sejenak, karena kalau kita sanggah akan menjadikan diri kita murtad, sebab kehidupan kita adalah kepunyaanNya, hanya pintaan do'a yang kita panjatkan saban hari menjadikanNya lunak terhadap diri yang lemah ini.

Tuesday, January 11, 2011
Kreatifitas dan Inspirasi Anak Didik

Dengan begitu anak didik ditekankan untuk lebih mengembangkan kreatifitasnya jauh dari patokan akademis yang telah ditentukan sebelumnya, oleh karena patokan akademis maka anak didik akan menjadi terkekang, seolah-olah daya kreatifitasnya dibatasi oleh aturan-aturan, tentu saja daya kretifitasnya tak luput dari lingkungan pendidikan dan kebudayaan.
Sebagaiman yang telah kita lihat bersama, sebagian besar sekolah-sekolah terutama tingkat TK, SD, maupun SMP swasta yang berada di kota besar di indonesia sudah menerapkan pendidikan dengan penekanan kreatifitas anak didik dengan cara lebih mengenalkan mereka pada teknologi yang sudah maju seperti ini, anak didik tersebut sudah tidak canggung ber-internet, bermain game, serta ikut sebuah situs sosial lainnya.
Mereka sudah mengerti akan nilai dari pentingnya teknologi, mereka lebih senang dan merasa tidak bosan berjam-jam hanya untuk belajar secara online atau mungkin main game bersama-sama dengan teman sebayanya.
Mungkin kekurangan mereka dari segi bersosial dengan teman-temannya, dan mereka cenderung mempunyai sifat indivial yang sangat tinggi, kurang berpetualang dengan alam, tumbuhan secara natural maupun hewan-hewan mereka kurang tahu yang tampak aslinya.
Mereka cenderung mengetahui sejauh yang ada diartikel, buku maupun di internet mereka jarang berhadapan langsung dengan alam, tumbuhan, hewan, serta kehidupan yang sebenarnya boleh dikatakan tradisional.
Jangan sampai heran bahwa ada anak kota yang hanya melihat aliran air sungai yang bersih dengan bebatuan yang bagus, mereka akan kelihatan asing, girang serta takjub, serta ketika anak perkotaan dengan daya imajinasinya yang tinggi akibat dari sering berinternetan berada dilahan peternakan mereka akan sedikit takut, jijik, serta kurang berani menghadapinya, berbeda dengan anak desa yang nota bene mereka sering berhadapan langsung dengan alam serta lingkungan yang setiap harinya melihat sapi, kerbau, maupun kambing, numun anak desa kurang mengetahui akan arti pentingnya sebuah teknologi, karena mereka kurang memperoleh fasilitas dari pemerintah setempat.
Dengan demikian bagaimana peran serta kita sebagai orang tua atau wali murit, guru kelas, guru mata pelajaran, maupun pihak-pihak yang terkait lainnya (dinas pendidikan), sehingga akan berimbang pola pikir mereka (anak didik/siswa), sehingga menjadikan mereka sebagai individu yang komplet tidak canggung dengan sebuah keadaan yang belum pernah dijalaninya, teori dengan praktek mereka berimbang, dan mereka mampu mengimbangi teknologi yang terus berkembang dengan cepat.
Jadi semua elemen yang ada harus bekerja sama saling melengkapi, seperti dinas pendidikan memberikan arahan yang tepat untuk pengembangan dunia pendidikan khususnya dalam bidang teknologi, serta seorang guru harus mau memberikan sebuah ilmu tentang perkembangan teknologi, jangan sampai gurunya sendiri malah gaptek, pemerintah kurang memberikan fasilitas yang memadai, serta jangan sampai menyalahkan para pengajar jika mereka kurang memberikan prestasi kepada anak didik disebuah sekolah jika pemerintah tidak mau memberikan bantuan berupa training yang baik serta membangun.